Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Tonsilofaringitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil dan faring (Muscari, 1997).
b. Tonsilofaringitis adalah radang pada tenggorokan yang terletak dibagian faring dan tonsil. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis dan kadang dikenal dengan sebutan radang tenggorokan (Ngastiah, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tonsilofaringitis merupakan peradangan pada faring atau tonsil ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri dan juga oleh virus.
2. Etiologi
Tonsilofaringitis merupakan suatu peradangan paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti :
a. Bakteri
Streptococcus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lainnya seperti morbili dan varisella atau komplikasi penyakit kuman lain seperti pertusis atau pneumonia dan pneumococcus. Streptococcus lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif resistensi terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti abses paru, empiema, tension pneumotoraks.
b. Virus
Lebih dari 200 virus dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, diantaranya adalah :
1) Rhinovirus adalah salah satu jenis virus jenis virus yang paling sering menjadi penyebab infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Meskipun pasien mendapat immunitas terhadap serotipe virus akan tetapi lebih dari 100 serotipe virus telah dikenali. Meningkatkan immunitas terhadap semua rhinovirus membutuhkan waktu yang lama.
2) Syncytial, sering dimulai pada bayi menyerang sistim pernapasan bagian atas kemudian menginvasi saluran penapasan bagian bawah. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa secara alami yang terinfeksi virus syncytial biasanya mempunyai gejala pernapasan yang khas yang mungkin berakhir 2 minggu. Masa inkubasi virus 2-7 hari setelah pajanan dan berlanjut hingga 2 minggu.
3. Insiden
Hasil Survey Dinas Kesehatan Indonesia 2001 memperlihatkan prevalensi ISPA pada anak usia < 1 tahun sebesar 38,7% dan pada anak usia 1-4 tahun sebesar 42,2%. Menurut data bagian Medical Record RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah penderita gangguan saluran pernapasan bagian atas yang dirawat inap periode Januari-Desember 2006 sebanyak 139, tahun 2007 terdapat sebanyak 130 penderita, pada tahun 2008 150 kasus, sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 149 penderita.
4. Patofisilogi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia.
5. Gambaran klinik
a. Terdapat nyeri pada tenggorokan
b. Mulut berbau
c. Nyeri ketika menelan
d. Kadang disertai otalgia (sakit telinga)
e. Demam tinggi
f. Pembesaran kelenjar submandibula.
g. Pada pemeriksaan tenggorok ditemukan farings yang hiperemik, pembesaran tonsil disertai hiperemia, kadang didapatkan bercak kuning keabu-abuan yang dapat meluas membentuk seperti membran. Bercak menutupi kripta dan terdiri dari leukosit, sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen.(Ngastiah, 2005).
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul akibat penyakit tonsilofaringitis yang tidak tertangani secara baik adalah :
a. Otitis media akut
b. Abses peritonsil
c. Toksemia
d. Septikemia
e. Bronkitis
f. Nefrius akut
g. Miokarditis
h. Artritis (Arif Mansjoer, 2000)
7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tonsil dan faring membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput putih tipis yang menempel di tonsil dan faring. Membran ini bisa diangkat dengan mudah tanpa menyebabkan perdarahan. Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di laboratorium untuk mengetahui bakteri penyebabnya.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada tonsilofaringitis akut adalah istirahat ditempat tidur sampai demam hilang, diet makanan lunak, antibiotik harus adekuat, obat kumur untuk membersihkan eksudat. Jika berlanjut pada tonsilofaringitis krotik dianjurkan untuk tonsilektomi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji status pernapasan
2) Minimalkan gejala
a) Jaga kebersihan saluran napas pada nasofaringitis, terutama pada bayi berusia kurang dari 4 bulan yang bernapas cuping hidung, dengan menggunakan tetes hidung normal saline dan aspirator nasal.
b) Berikan cairan dan makanan yang lunak
c) Gunakan vaporizer yang dingin untuk mempertahankan kelembapan membran mukosa.
d) Berikan obat sesuai indikasi. Pemberian antibiotik selama 10 hari (biasanya penisilin, tetapi dapat diberikan eritromisin jika anak alergi terhadap penisilin) diindikasikan pada infeksi bakteri untuk mencegah komplikasi demam rematik.
e) Berikan asuhan keperawatan praoperatif dan pascaoperatif jika dilakukan pembedahan (misalnya untuk mengangkat tonsil). Tonsilektomi atau adenoidektomi, atau keduanya, dapat diindikasikan jika terjadi pembesaran tonsil kronis yang mengganggu kemampuan menelan dan bernapas, atau untuk infeksi streptokokus, abses peritonsilar, atau abses retrofaringeal.
Asuhan keperawatan praoperatif :
(1) Persiapan anak untuk hospitalisasi dan pembedahan sesuai tingkat perkembangannya.
(2) Jelaskan bahwa anak akan mengalami sakit tenggorok setelah pembedahan, tetapi dapat berbicara dan menelan.
(3) Jelaskan tindakan perawatan pascaoperatif (misalnya pemberian posisi yang tepat, mengonsumsi cairan yang dingin, dan menggunakan batu es).
B. Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun aktual (Doengoes, 2000 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang sengaja dilakukan secara sistematis untuk menentukan keadaan kesehatan klien sekarang dan masa lalu, data diperoleh dengan wawancara pemeriksaan fisik, observasi menelaah catatan dan laporan diagnostik serta bekerja sama dengan teman sekerja (Lynda J, 1998).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian asuhan keperawatan adalah:
a. Keluhan utama
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dan sebagainya
b. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dan sebagainya
c. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat kelahiran
2) Riwayat imunisasi
3) Penyakit yang pernah diderita (faringitis berulang, ISPA, otitis media)
4) Riwayat hospitalisasi
d. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dan sebagainya
e. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk, serta ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1) T0 : bila sudah dioperasi
2) T1 : ukuran yang normal ada
3) T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
4) T3 : pembesaran mencapai garis tengah
5) T4 : pembesaran melewati garis tengah
f. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
g. Aktifitas/istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
h. Keamanan/kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
Pemeriksaan Fokus
a. LOOK
Terkadang pasien dengan tonsilofaringitis yang disertai dengan gejala flu yang lain seperti demam,sakit kepala, pilek, dan batuk. Namun penyakit ini dengan mudah dapat dikenali dengan pemeriksaan tenggorokan pasien. Pada pemeriksaan ini ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe regional/disekitarnya pada kasus yang berat bias ditemukan nanah/eksudat.
b. FEEL
Pasien mengalami nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Hal ini disebutkan karena adanya peradangan pada faring.
c. MOVE
Dapat menentukan apakah ada keterbatasan gerak pada leher karena adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher.
2. Patofisiologi dan Dampak penyimpangan KDM
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon aktual dan potensial dari individu keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan (Doenges, 2000).
Menurut Gordon, diagnosa keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu:
P (problem): Keadaan klien atau masalah kesehatan klien yang menjelaskan keadaan kesehatan aktual atau potensial
E (Etiologi): Menjelaskan kemungkinan keadaan klien yang mengarahkan kebutuhan klien
S (Sign, Simptom): Merupakan informasi untuk menyimpulkan adanya masalah
Menurut (Wong, D.L. 2004) , diagnosa pada anak dengan Tonsilofaringitis adalah :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
b. Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
d. Infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan atau hospitalisasi anak
h. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengurangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk terpenuhinya kebutuhan klien (Doenges, 2000).
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004 )
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi pernapasan normal
1) Posisikan untuk ventilasi yang maksimum (misalnya jalan napas terbuka dan memungkinkan ekspansi paru yang maksimum).
Rasional : Untuk membantu melonggarkan jalan napas
2) Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak merosot.
Rasional : Untuk menghindari penekanan pada diafragma
3) Hindari pakaian yang ketat
Rasional : Pakaian ketat membuat anak sulit bernapas akibat hambatan dalam pengembangan paru Gunakan bantal dan bantalan
Rasional : Untuk mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka
4) Dorong teknik relaksasi,
Rasional : Relaksasi membantu mengendorkan otot-otot pernapasan
5) Ajarkan pada anak dan keluarga tentang pemberian posisi yang tepat
Rasional : Sebagai upaya untuk mempermudah pernapasan
b. Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)
Tujuan : Pasien mengalami penurunan rasa takut/cemas
1) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan
Rasional : Pengenalan prosedur dan peralatan mengurangi ketakutan anak akan bahaya peralatan terhadap prosedur tindakan
2) Ciptakan hubungan yang baik antara anak dan orang tua
Rasional : Anak akan merasa terlindungi dan diperhatikan dengan keberadaan orangtua.
3) Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan
Rasional : Menambah kepercayaan anak sehingga kecemasan dapat berkurang
4) Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi anak
Rasional : Pengalihan perhatian membantu mengurangi tingkat kecemasan anak
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
Tujuan : Pasien mempertahankan jalan napas yang paten
1) Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat
Rasional : Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan perbaikan pertukaran gas, serta mencegah aspirasi sekresi (telungkup, semi telungkup, miring).
2) Hisap sekresi jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Pengisapan sekresi melonggarkan jalan napas
3) Bantu anak dalam mengeluarkan sputum
Rasional : Beberapa anak belum bisa mengeluarkan sputum sendiri
4) Beri ekspektoran sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Ekspektoran membantu mengencerkan dahak
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
1) Pertahankan lingkungan aseptik, dengan menggunakan kateter penghisap steril dan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : Mencegah penyebaran kuman
2) Isolasi anak sesuai indikasi
Rasional : Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial
3) Beri antibiotik sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk mencegah atau mengatasi infeksi
4) Berikan diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk mengkonsumsi nutrisi
Rasional : Untuk mendukung pertahanan tubuh alami
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Aktivitas bisa ditoleransi
1) Kaji tingkat toleransi fisik anak
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan anak
2) Bantu anak dalam aktivitas hidup sehari-hari yang mungkin melebihi toleransi
Rasional : Untuk mencegah kelelahan akibat aktivitas.
3) Berikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan bermain anak.
4) Instruksikan anak untuk beristirahat bila lelah
Rasional : Untuk mencegah anak jatuh pada kondisi kelelahan.
f. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan
Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri/ ketidaknyamanan sampai tingkat yang dapat diterima oleh anak.
1) Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat atau dingin)
Rasional : Untuk mengurangi sakit tenggorokan
2) Beri kompres panas atau dingin tepat pada area yang sakit
Rasional : Mengurangi rasa sakit pada area tersebut
3) Beri analgetik sesuai kebutuhan
Rasional : Memblok sensasi nyeri sampai ke otak.
4) Kaji respon terhadap tindakan pengendalian nyeri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan/ atau hospitalisasi anak
Tujuan: Pasien (keluarga) mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan untuk melakukan koping.
1) Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orangtua
Rasional : Untuk informasi dan dukungan
2) Gali perasaan keluarga dan “masalah” sekitar hospitalisasi dan penyakit anak
Rasional : Kecemasan keluarga akan mempengaruhi koping anak.
3) Jelaskan tentang terapi dan perilaku anak
Rasional : Membantu petugas dalam melakukan pengawasan terhadap perubahan kesehatan anak.
4) Berikan dukungan sesuai kebutuhan kepada keluarga.
Rasional : Dukungan memberi ketenangan dan harapan sembuh
h. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Terjadi penurunan suhu tubuh sampai batas normal
1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam terutama suhu dan pernapasan
Rasional : Merupakan indikator terjadinya perubahan status kesehatan.
2) Anjurkan klien untuk minum banyak air
Rasional : Minum air yang banyak membantu mempercepat menurunkan panas melalui keringat
3) Berikan kompres hangat di daerah dahi, aksilla dan lipatan paha
Rasional : Kompres hangat vasodilatasi pembuluh darah sehingga membantu mempercepat evaporasi
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Intervensi : Meningkatkan evaporasi dan perpindahan
5) Penatalaksanaan pemberian obat antipiretik
Intervensi : Membantu menurunkan suhu tubuh.
6. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L, 2004).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut (Wong. D.L, 2004) hasil yang diharapkan pada klien dengan Tonsilofaringitis adalah :
a. Pasien anak menunjukkan fungsi pernapasan normal
b. Pasien mengalami penurunan rasa takut/cemas
c. Pasien mempertahankan jalan napas yang paten
d. Pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
e. Aktivitas bisa ditoleransi
f. Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri/ ketidaknyamanan sampai tingkat yang dapat diterima oleh anak.
g. Pasien (keluarga) mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan untuk malakukan koping.
h. Terjadi penurunan suhu tubuh sampai batas normal 36-370C.
NEXT : Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.3
PREVIEW : Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Tonsilofaringitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil dan faring (Muscari, 1997).
b. Tonsilofaringitis adalah radang pada tenggorokan yang terletak dibagian faring dan tonsil. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis dan kadang dikenal dengan sebutan radang tenggorokan (Ngastiah, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tonsilofaringitis merupakan peradangan pada faring atau tonsil ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri dan juga oleh virus.
2. Etiologi
Tonsilofaringitis merupakan suatu peradangan paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti :
a. Bakteri
Streptococcus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lainnya seperti morbili dan varisella atau komplikasi penyakit kuman lain seperti pertusis atau pneumonia dan pneumococcus. Streptococcus lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif resistensi terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti abses paru, empiema, tension pneumotoraks.
b. Virus
Lebih dari 200 virus dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, diantaranya adalah :
1) Rhinovirus adalah salah satu jenis virus jenis virus yang paling sering menjadi penyebab infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Meskipun pasien mendapat immunitas terhadap serotipe virus akan tetapi lebih dari 100 serotipe virus telah dikenali. Meningkatkan immunitas terhadap semua rhinovirus membutuhkan waktu yang lama.
2) Syncytial, sering dimulai pada bayi menyerang sistim pernapasan bagian atas kemudian menginvasi saluran penapasan bagian bawah. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa secara alami yang terinfeksi virus syncytial biasanya mempunyai gejala pernapasan yang khas yang mungkin berakhir 2 minggu. Masa inkubasi virus 2-7 hari setelah pajanan dan berlanjut hingga 2 minggu.
3. Insiden
Hasil Survey Dinas Kesehatan Indonesia 2001 memperlihatkan prevalensi ISPA pada anak usia < 1 tahun sebesar 38,7% dan pada anak usia 1-4 tahun sebesar 42,2%. Menurut data bagian Medical Record RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah penderita gangguan saluran pernapasan bagian atas yang dirawat inap periode Januari-Desember 2006 sebanyak 139, tahun 2007 terdapat sebanyak 130 penderita, pada tahun 2008 150 kasus, sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 149 penderita.
4. Patofisilogi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia.
5. Gambaran klinik
a. Terdapat nyeri pada tenggorokan
b. Mulut berbau
c. Nyeri ketika menelan
d. Kadang disertai otalgia (sakit telinga)
e. Demam tinggi
f. Pembesaran kelenjar submandibula.
g. Pada pemeriksaan tenggorok ditemukan farings yang hiperemik, pembesaran tonsil disertai hiperemia, kadang didapatkan bercak kuning keabu-abuan yang dapat meluas membentuk seperti membran. Bercak menutupi kripta dan terdiri dari leukosit, sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen.(Ngastiah, 2005).
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul akibat penyakit tonsilofaringitis yang tidak tertangani secara baik adalah :
a. Otitis media akut
b. Abses peritonsil
c. Toksemia
d. Septikemia
e. Bronkitis
f. Nefrius akut
g. Miokarditis
h. Artritis (Arif Mansjoer, 2000)
7. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tonsil dan faring membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput putih tipis yang menempel di tonsil dan faring. Membran ini bisa diangkat dengan mudah tanpa menyebabkan perdarahan. Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di laboratorium untuk mengetahui bakteri penyebabnya.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada tonsilofaringitis akut adalah istirahat ditempat tidur sampai demam hilang, diet makanan lunak, antibiotik harus adekuat, obat kumur untuk membersihkan eksudat. Jika berlanjut pada tonsilofaringitis krotik dianjurkan untuk tonsilektomi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji status pernapasan
2) Minimalkan gejala
a) Jaga kebersihan saluran napas pada nasofaringitis, terutama pada bayi berusia kurang dari 4 bulan yang bernapas cuping hidung, dengan menggunakan tetes hidung normal saline dan aspirator nasal.
b) Berikan cairan dan makanan yang lunak
c) Gunakan vaporizer yang dingin untuk mempertahankan kelembapan membran mukosa.
d) Berikan obat sesuai indikasi. Pemberian antibiotik selama 10 hari (biasanya penisilin, tetapi dapat diberikan eritromisin jika anak alergi terhadap penisilin) diindikasikan pada infeksi bakteri untuk mencegah komplikasi demam rematik.
e) Berikan asuhan keperawatan praoperatif dan pascaoperatif jika dilakukan pembedahan (misalnya untuk mengangkat tonsil). Tonsilektomi atau adenoidektomi, atau keduanya, dapat diindikasikan jika terjadi pembesaran tonsil kronis yang mengganggu kemampuan menelan dan bernapas, atau untuk infeksi streptokokus, abses peritonsilar, atau abses retrofaringeal.
Asuhan keperawatan praoperatif :
(1) Persiapan anak untuk hospitalisasi dan pembedahan sesuai tingkat perkembangannya.
(2) Jelaskan bahwa anak akan mengalami sakit tenggorok setelah pembedahan, tetapi dapat berbicara dan menelan.
(3) Jelaskan tindakan perawatan pascaoperatif (misalnya pemberian posisi yang tepat, mengonsumsi cairan yang dingin, dan menggunakan batu es).
B. Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun aktual (Doengoes, 2000 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang sengaja dilakukan secara sistematis untuk menentukan keadaan kesehatan klien sekarang dan masa lalu, data diperoleh dengan wawancara pemeriksaan fisik, observasi menelaah catatan dan laporan diagnostik serta bekerja sama dengan teman sekerja (Lynda J, 1998).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian asuhan keperawatan adalah:
a. Keluhan utama
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dan sebagainya
b. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dan sebagainya
c. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat kelahiran
2) Riwayat imunisasi
3) Penyakit yang pernah diderita (faringitis berulang, ISPA, otitis media)
4) Riwayat hospitalisasi
d. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dan sebagainya
e. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk, serta ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
1) T0 : bila sudah dioperasi
2) T1 : ukuran yang normal ada
3) T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
4) T3 : pembesaran mencapai garis tengah
5) T4 : pembesaran melewati garis tengah
f. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
g. Aktifitas/istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
h. Keamanan/kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
Pemeriksaan Fokus
a. LOOK
Terkadang pasien dengan tonsilofaringitis yang disertai dengan gejala flu yang lain seperti demam,sakit kepala, pilek, dan batuk. Namun penyakit ini dengan mudah dapat dikenali dengan pemeriksaan tenggorokan pasien. Pada pemeriksaan ini ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe regional/disekitarnya pada kasus yang berat bias ditemukan nanah/eksudat.
b. FEEL
Pasien mengalami nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Hal ini disebutkan karena adanya peradangan pada faring.
c. MOVE
Dapat menentukan apakah ada keterbatasan gerak pada leher karena adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher.
2. Patofisiologi dan Dampak penyimpangan KDM
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon aktual dan potensial dari individu keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan (Doenges, 2000).
Menurut Gordon, diagnosa keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu:
P (problem): Keadaan klien atau masalah kesehatan klien yang menjelaskan keadaan kesehatan aktual atau potensial
E (Etiologi): Menjelaskan kemungkinan keadaan klien yang mengarahkan kebutuhan klien
S (Sign, Simptom): Merupakan informasi untuk menyimpulkan adanya masalah
Menurut (Wong, D.L. 2004) , diagnosa pada anak dengan Tonsilofaringitis adalah :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
b. Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
d. Infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan atau hospitalisasi anak
h. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
4. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengurangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk terpenuhinya kebutuhan klien (Doenges, 2000).
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004 )
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Pasien menunjukkan fungsi pernapasan normal
1) Posisikan untuk ventilasi yang maksimum (misalnya jalan napas terbuka dan memungkinkan ekspansi paru yang maksimum).
Rasional : Untuk membantu melonggarkan jalan napas
2) Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak merosot.
Rasional : Untuk menghindari penekanan pada diafragma
3) Hindari pakaian yang ketat
Rasional : Pakaian ketat membuat anak sulit bernapas akibat hambatan dalam pengembangan paru Gunakan bantal dan bantalan
Rasional : Untuk mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka
4) Dorong teknik relaksasi,
Rasional : Relaksasi membantu mengendorkan otot-otot pernapasan
5) Ajarkan pada anak dan keluarga tentang pemberian posisi yang tepat
Rasional : Sebagai upaya untuk mempermudah pernapasan
b. Takut/cemas berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit)
Tujuan : Pasien mengalami penurunan rasa takut/cemas
1) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan
Rasional : Pengenalan prosedur dan peralatan mengurangi ketakutan anak akan bahaya peralatan terhadap prosedur tindakan
2) Ciptakan hubungan yang baik antara anak dan orang tua
Rasional : Anak akan merasa terlindungi dan diperhatikan dengan keberadaan orangtua.
3) Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan
Rasional : Menambah kepercayaan anak sehingga kecemasan dapat berkurang
4) Beri aktivitas pengalihan yang tepat sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi anak
Rasional : Pengalihan perhatian membantu mengurangi tingkat kecemasan anak
c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
Tujuan : Pasien mempertahankan jalan napas yang paten
1) Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat
Rasional : Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan perbaikan pertukaran gas, serta mencegah aspirasi sekresi (telungkup, semi telungkup, miring).
2) Hisap sekresi jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Pengisapan sekresi melonggarkan jalan napas
3) Bantu anak dalam mengeluarkan sputum
Rasional : Beberapa anak belum bisa mengeluarkan sputum sendiri
4) Beri ekspektoran sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Ekspektoran membantu mengencerkan dahak
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
1) Pertahankan lingkungan aseptik, dengan menggunakan kateter penghisap steril dan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : Mencegah penyebaran kuman
2) Isolasi anak sesuai indikasi
Rasional : Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial
3) Beri antibiotik sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk mencegah atau mengatasi infeksi
4) Berikan diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk mengkonsumsi nutrisi
Rasional : Untuk mendukung pertahanan tubuh alami
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Aktivitas bisa ditoleransi
1) Kaji tingkat toleransi fisik anak
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan anak
2) Bantu anak dalam aktivitas hidup sehari-hari yang mungkin melebihi toleransi
Rasional : Untuk mencegah kelelahan akibat aktivitas.
3) Berikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan usia, kondisi, kemampuan, dan minat anak.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan bermain anak.
4) Instruksikan anak untuk beristirahat bila lelah
Rasional : Untuk mencegah anak jatuh pada kondisi kelelahan.
f. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan
Tujuan: Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri/ ketidaknyamanan sampai tingkat yang dapat diterima oleh anak.
1) Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat atau dingin)
Rasional : Untuk mengurangi sakit tenggorokan
2) Beri kompres panas atau dingin tepat pada area yang sakit
Rasional : Mengurangi rasa sakit pada area tersebut
3) Beri analgetik sesuai kebutuhan
Rasional : Memblok sensasi nyeri sampai ke otak.
4) Kaji respon terhadap tindakan pengendalian nyeri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami.
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan/ atau hospitalisasi anak
Tujuan: Pasien (keluarga) mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan untuk melakukan koping.
1) Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orangtua
Rasional : Untuk informasi dan dukungan
2) Gali perasaan keluarga dan “masalah” sekitar hospitalisasi dan penyakit anak
Rasional : Kecemasan keluarga akan mempengaruhi koping anak.
3) Jelaskan tentang terapi dan perilaku anak
Rasional : Membantu petugas dalam melakukan pengawasan terhadap perubahan kesehatan anak.
4) Berikan dukungan sesuai kebutuhan kepada keluarga.
Rasional : Dukungan memberi ketenangan dan harapan sembuh
h. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Terjadi penurunan suhu tubuh sampai batas normal
1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam terutama suhu dan pernapasan
Rasional : Merupakan indikator terjadinya perubahan status kesehatan.
2) Anjurkan klien untuk minum banyak air
Rasional : Minum air yang banyak membantu mempercepat menurunkan panas melalui keringat
3) Berikan kompres hangat di daerah dahi, aksilla dan lipatan paha
Rasional : Kompres hangat vasodilatasi pembuluh darah sehingga membantu mempercepat evaporasi
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Intervensi : Meningkatkan evaporasi dan perpindahan
5) Penatalaksanaan pemberian obat antipiretik
Intervensi : Membantu menurunkan suhu tubuh.
6. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L, 2004).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut (Wong. D.L, 2004) hasil yang diharapkan pada klien dengan Tonsilofaringitis adalah :
a. Pasien anak menunjukkan fungsi pernapasan normal
b. Pasien mengalami penurunan rasa takut/cemas
c. Pasien mempertahankan jalan napas yang paten
d. Pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
e. Aktivitas bisa ditoleransi
f. Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan nyeri/ ketidaknyamanan sampai tingkat yang dapat diterima oleh anak.
g. Pasien (keluarga) mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan kemampuan untuk malakukan koping.
h. Terjadi penurunan suhu tubuh sampai batas normal 36-370C.
NEXT : Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.3
PREVIEW : Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.1
Anda baru saja membaca artikel di Menara Ilmu berkategori Kesehatan
dengan judul Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.2. Anda bisa sebarkan artikel ini dengan URL http://menarailmuku.blogspot.com/2013/04/contoh-karya-tulis-ilmiah-keperawatan_17.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -
Belum ada komentar untuk "Contoh Karya Tulis Ilmiah Keperawatan Bag.2"
Post a Comment